Tugas/Tulisan 1 softskill
Nama : Eiva Kappelia
Kelas : 1 EB 24
Npm : 22212392
ABSTRAK
Bertambah banyak penduduk dan
meningkatnya angka pengangguran di Indonesia, membuat angka kemiskinan di
negara kita ini semkin meningkat juga. Oleh karena itu berbagai cara di lakukan
pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan. Beberapa cara diantaranya telah
dilakukan den berjalan baik ada juga yang berjalan kurang memuaskan.
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur selalu saya panjatkan kehadiran Allah SWT, Tuhan semesta sekalian alam yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada seluruh makhluk di muka bumi ini. Untuk itu hanya karena kekuasaan dan kehendaknya pulalah akhirnya penulis dapat mewujudkan buah pikirannya dalam bentuk tulisan yang sederhana ini.
Tema makalah kali ini yang diambil adalah mengenai penyebab tingginya angka pengangguran di indinesia, mungkin tulisan ini akan berguna bagi yang membaca nya ,sehingga tulisan ini dapat dipakai sebagai bahan referensi untuk materi yang sama dengan mata kuliah yang bersangkutan.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa rasanya sulit untuk dapat mewujudkan tulisan ini kehadapan para pembaca tanpa bantuan orang lain, dan tentunya juga ucapan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan serta doanya, Selain itu ucapan terima kasih kepada teman-teman yang memberikan dukungan dan informasi-informasi mengenai tema tulisan yang saya ambil kali ini.
Untuk itu kepada semua orang yang telah penulis sebutkan diatas saya ucapkan terima kasih, teriring doa semoga Allah Yang Maha Esa yang akan membalas segala budi baik tersebut.
Akhir kata, penulis sitirkan sebuah pepatah ytang mengatakan bahwa Tiada Gading Yang Tak retak. Begitulah kenyataan yang ada, bahwa sebagai manusia biasa tentunya penulis tidak luput dari segala kelemahan dan kekurangan. Harapan terakhir dari penulis, semoga tulisan ini dapat memberikan arti dalam memperkaya khasanah keilmuan para pembaca yang selalu haus dan lapar dengan ilmu pengetahuan.
Puji dan syukur selalu saya panjatkan kehadiran Allah SWT, Tuhan semesta sekalian alam yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada seluruh makhluk di muka bumi ini. Untuk itu hanya karena kekuasaan dan kehendaknya pulalah akhirnya penulis dapat mewujudkan buah pikirannya dalam bentuk tulisan yang sederhana ini.
Tema makalah kali ini yang diambil adalah mengenai penyebab tingginya angka pengangguran di indinesia, mungkin tulisan ini akan berguna bagi yang membaca nya ,sehingga tulisan ini dapat dipakai sebagai bahan referensi untuk materi yang sama dengan mata kuliah yang bersangkutan.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa rasanya sulit untuk dapat mewujudkan tulisan ini kehadapan para pembaca tanpa bantuan orang lain, dan tentunya juga ucapan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan serta doanya, Selain itu ucapan terima kasih kepada teman-teman yang memberikan dukungan dan informasi-informasi mengenai tema tulisan yang saya ambil kali ini.
Untuk itu kepada semua orang yang telah penulis sebutkan diatas saya ucapkan terima kasih, teriring doa semoga Allah Yang Maha Esa yang akan membalas segala budi baik tersebut.
Akhir kata, penulis sitirkan sebuah pepatah ytang mengatakan bahwa Tiada Gading Yang Tak retak. Begitulah kenyataan yang ada, bahwa sebagai manusia biasa tentunya penulis tidak luput dari segala kelemahan dan kekurangan. Harapan terakhir dari penulis, semoga tulisan ini dapat memberikan arti dalam memperkaya khasanah keilmuan para pembaca yang selalu haus dan lapar dengan ilmu pengetahuan.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah
kependudukan yang serius dihadapi oleh negara berkembang pada umumnya, antara
lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik,
fasilitas, dan lapangan pekerjaan. Kekurangtersediaan lapangan pekerjaan akan
berimbas pada kemapanan sosial dan eksistensi pendidikan dalam perspektif
masyarakat. Pada masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan
sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfatan kesempatan
kerja yang ada. Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan bagi
masyarakat pengguna jasa pendidikan adalah teraihnya lapangan kerja yang
diharapkan. Atau setidak-tidaknya, setelah lulus dapat bekerja di sektor formal
yang memiliki nilai "gengsi" yang lebih tinggi di banding sektor
informal. Dengan demikian, keterbatasan lapangan pekerjaan akan berpotensi tidak dapat tertampungnya lulusan program
pendidikan di lapangan kerja, secara linear berpotensi menggugat eksistensi dan
urgensi pendidikan dalam perspektif masyarakat. Masyarakat akan kehilangan
kepercayaan secara signifikan terhadap eksistensi lembaga pendidikan. Lapangan
pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan
sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan "pendidikan".
Maka merembaknya isu pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu
bagi perencana pendidikan di negara-negara berkembang pada umumnya, khususnya
juga di Indonesia.
Kemudian latar belakang kami membuat laporan ini
adalah untuk mengetahui masalah pengangguran di Indonesia. Dan berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul : “ PENYEBAB TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN DI INDONESIA.
B. RUMUSAN
MASALAH
Dan sesuai dengan urain diatas yang menyinggung
tentang masalah kependudukan khususnya yang menyangkut tentang masalah
pengangguran. Maka kami merumuskan
masalah sebagai berikut :
1.Apa pengertian dari Pengangguran itu ?
2.Apa yang menjadi masalah pengangguran di Negara Indonesia ?
3.Bagaimana keadaan
pengangguran di Negara
Indonesia ?
4.Apa dampak dari pengangguran bagi Negara Indonesia ?
5.Sajian data pengangguran di Negara Indonesia ?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui pengertian ( Definisi ) dari pengangguran
2.Untuk
mengetahui apa yang menjadi masalah pengangguran di Negara Indonesia
3.Untuk
mengetahui keadaan pengangguran di Negara Indonesia
4.Untuk mengetahui akibat yang timbul dari
pengangguran
5.Untuk
mengetahui data-data tentang pengangguran di Negara Indonesia
D. MANFAAT PENULISAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Penulis
Dengan adanya tugas ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi si
penulis mengenai pengangguran.
Dengan adanya tugas ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi si
penulis mengenai pengangguran.
2. Masyarakat
Masyarakat juga dapat mengetahui penyebab apa saja yang menimbulkan pengangguran
serta masyarakat juga dapat berindak langsung dalam upaya pengentasan pengangguran
3. Rekan-rekan
Masyarakat juga dapat mengetahui penyebab apa saja yang menimbulkan pengangguran
serta masyarakat juga dapat berindak langsung dalam upaya pengentasan pengangguran
3. Rekan-rekan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna
untuk yang ingin mengetahui lebih dalam
mengenai Masalah Pengangguran. hasil
penelitian ini juga dapat dimanfaatkan dan
dijadikan salah satu bahan masukan ataupun bahan pertimbangan dalam kegiatan
selanjutnya.
dijadikan salah satu bahan masukan ataupun bahan pertimbangan dalam kegiatan
selanjutnya.
Landasan
Teori
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk
orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan
yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau
para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas
dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang
buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu
tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran
terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan
tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
BAB II
PERMASALAHAN
A. Kondisi ketenagakerjaan yang memprihatinkan
Masalah
ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup
memprihatinkan. Hal itu
ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar,
pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan
setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan - pemborosan sumber daya
dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama
kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan
dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang. Kondisi pengangguran dan
setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya dan potensi
yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat
mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal dan dapat menghambat
pembangunan dalam jangka panjang.
B. Perekonomian
dan kualitas SDM yang rendah
Hingga saat ini, masalah pengangguran di Indonesia
sepertinya tidak pernah terselesaikan secara tuntas. Kondisinya diperparah
dengan persoalan ekonomi yang juga tidak kunjung selesai
setelah terpuruk di akhir abad dua puluh yang lalu. Permasalahan lain,
berkaitan dengan kualitas sumber daya manausia dari para penganggur sendiri,
misalnya dari aspek tingkat pendidikan yang masih belum begitu bagus. Jika pun
penganggur berkualifikasi pendidikan tinggi, sering dihadang oleh kesempatan
kerja yang sangat terbatas. Bukan rahasia lagi, banyak
mereka yang bekerja pada posisi yang sebetulnya bisa diisi oleh mereka yang
berpendidikan rendah atau menengah. Keadaan seperti ini memunculkan fenomena
mismatch, yaitu angkatan kerja yang bekerja pada posisi yang tidak sesuai
dengan pendidikannya.
Selain karena sulitnya lapangan pekerjaan, persoalan pengangguran dihadapkan pula pada bermunculannya para penganggur baru, yaitu orang-orang yang baru lulus mengikuti pendidikan, kemudian meramaikan pasar kerja. Dalam kondisi penganggur lama, yaitu mereka yang pernah bekerja tetapi masih mencari pekerjaan belum tertangani, maka kedatangan penganggur baru di pasar kerja turut menambah rumitnya persoalan ketenagakerjaan di Indonesia.
Selain karena sulitnya lapangan pekerjaan, persoalan pengangguran dihadapkan pula pada bermunculannya para penganggur baru, yaitu orang-orang yang baru lulus mengikuti pendidikan, kemudian meramaikan pasar kerja. Dalam kondisi penganggur lama, yaitu mereka yang pernah bekerja tetapi masih mencari pekerjaan belum tertangani, maka kedatangan penganggur baru di pasar kerja turut menambah rumitnya persoalan ketenagakerjaan di Indonesia.
C. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap masalah kependudukan
Selama ini, masalah kependudukan boleh dikatakan masih kurang mendapat
perhatian dari masyarakat maupun tokoh-tokoh masyarakat. Baik itu dari para
politisi, tokoh agama, pakar ekonomi maupun tokoh masyarakat lainnya. Memang
pada saat ini sebagian besar orang pada umumnya sudah tidak berkeberatan lagi
dengan program untuk mengontrol kelahiran, tetapi sayangnya masih kurang sekali
kesadaran untuk melaksanakannya. Dianggap sebagai hal yang tidak penting.
Padahal, kalau kita mau menyadari, sebenarnya masalah kependudukan ini adalah
masalah yang teramat penting. Tidak kalah pentingnya dengan berbagai macam
masalah lainnya yang seringkali kita perdebatkan dalam berbagai seminar dan
diskusi. Dan sebenarnya berkaitan erat dengan masalah ekonomi, hukum dan norma
agama. Jadi, memang tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebenarnya, masalah kependudukan ini sudah bisa
diatasi dengan baik bila saja sejak dulu sudah ada upaya yang sungguh-sungguh
dari pihak pemerintah maupun tokoh-tokoh masyarakat untuk mengatasi masalah
ini. Sayangnya, hal itu dulu masih belum ada. Dulu masih banyak orang yang
menentang program KB. Kalaupun sudah ada yang menyetujuinya, umumnya mereka
masih enggan melaksanakannya. Pada zaman Orde Lama, dari pihak pemerintah pun
tidak ada kesadaran akan masalah ini. Pada saat itu jumlah penduduk Indonesia
masih berkisar 100 juta jiwa dan seandainya pada saat itu sudah ada upaya yang
sungguh-sungguh tentunya tidak
perlu penduduk Indonesia meledak seperti sekarang ini.
D. Kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap program KB
Pada zaman Orde Baru, masalah kependudukan ini memang
sudah mulai dibenahi. Keluarga Berencana dianjurkan di mana-mana dan di banyak
tempat mendapat sukses. Tetapi, karena masih sangat kurangnya kesadaran dari
masyarakat dan kurang intensifnya usaha dari pemerintah, maka di banyak tempat
pula usaha ini mengalami kegagalan. Jumlah penduduk masih terus bertambah
dengan sangat pesatnya. Bila pada awal Orde Baru masih berjumlah sekitar 100
juta jiwa, maka pada akhir Orde Baru sudah berjumlah lebih dari 200 juta.
Berlipat dua kali hanya dalam waktu 30 tahun saja. Suatu kecepatan pertumbuhan yang sulit dicari bandingannya sepanjang
sejarah umat manusia.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan
kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum
mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu
rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain
sebagainya yang karena sesuatu hal tidak / belum membutuhkan pekerjaan.
B.
Jenis & Macam Pengangguran
1. Pengangguran Friksional /
Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah
pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu,
informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran
pekerjaan.
2. Pengangguran Struktural /
Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah
keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi
persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
3. Pengangguran Musiman / Seasonal
Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi
kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur.
Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukang jualan durian yang
menanti musim durian.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran
siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Pengangguran
juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan
dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran
yang menganggur untuk sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang
lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengangguran yang menganggur
karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.
C.
Masalah pengangguran di Negara Indonesia
Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan
penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai permasalahan
lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup
para penduduk di negara kita. Namun yang menjadi manifestasi utama sekaligus
faktor penyebab, rendahnya taraf hidup di negara - negara berkembang adalah
terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk sumber daya manusia. Jika
dibandingkan dengan negara - negara maju.
Pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh negara - negara berkembang
relatif lebih rendah dari pada yang dilakukan di negara - negara maju karena
buruknya efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya baik sumber daya
alam maupun sumber daya manusia. Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan
sumber daya manusia adalah karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat
pengangguran terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak.Pengangguran
penuh atau terbuka yakni terdiri dari orang-orang yang sebenarnya mampu dan
ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapatkan lapangan
pekerjaan sama sekali. Berdasarkan data dari Depnaker pada tahun 1997 jumlah
pengangguran terbuka saja sudah mencapai sekitar 10%.
pekerjaan sama sekali. Berdasarkan data dari Depnaker pada tahun 1997 jumlah
pengangguran terbuka saja sudah mencapai sekitar 10%.
E.
TINGKAT PENGANGGURAN
1. Tingkat
Pengangguran Menurut Umur
Tingkat pengangguran yang dimaksud disini adalah tingkat pengangguran
terbuka atau open unemployment rate.
Ukuran ini merupakan salah satu tolak ukur ketenagakerjaan yang banyak
digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh penawaran tenaga keja, serta
bagaimana permintaan akan kesempatan kerja. Diperoleh dengan cara menghitung
jumlah absolut angkatan kerja yang menganggur, baik mereka yang baru lulus
sekolah dan pertama kali mencari pekerjaan, maupun yang sudah pernah bekerja
tetapi sedang mencari kembali pekerjaan, dibagi dengan total angkatan kerja
dikalikan seratus. Jika tingkat pengangguran 10 persen, berarti ada 10 orang
penganggur dari setiap 100 orang angkatan kerja. Memperlihatkan pola tingkat
pengangguran yang sangat umum, yaitu memiliki persentase yang tinggi pada
kelompok umur muda (15-19 tahun), kemudian menurun tajam hingga usia 30-34
tahun. Pada umur-umur tua, relatif stabil rendah, untuk kemudian meningkat lagi
pada kelompok usia non produktif, karena mungkin masih banyak yang pensiun tapi
masih mencari pekerjaan.
2.Tingkat
Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pengangguran menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan lebih
menarik untuk di bahas. Pada umumnya tingkat pengangguran di pedesaan lebih
rendah dari perkotaan, namun pada tingkat SLTP angkanya sedikit lebih tinggi di
pedesaan, dan pada klasifikasi SLTA angkanya hampir sama. Kemungkinan penyebab
ini adalah banyaknya lulusan SLTP yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke
SLTA, tetapi langsung mencari kerja.
Baik di daerah
pedesaan maupun di perkotaan, tingkat pengangguran yang paling tinggi adalah
pada jenjang SLTA. Kondisi ini belum banyak berubah sejak beberapa decade
terakhir Hal ini dapat dibuktikan dengan mengkaji ulang.
Beberapa tulisan yang membahas mengenai
pengangguran seperti Effendi (1993) yang memakai data SUPAS 1985, pembahasan
yang berasal dari data sensus penduduk 1990 serta Sakernas 1996 oleh
Tjiptoherijanto dan Soemitro (1998), serta analisis Setiawan (2002) terhadap
angkatan kerja dan pengangguran, yang didasarkan pada data ketenagakerjaan
hasil Sakernas 2001.
F.
DAMPAK PENGANGGURAN BAGI NEGARA INDONESIA
Kecenderungan pengangguran terdidik di Negara Indonesia semakin meningkat namun upaya perluasan
kesempatan pendidikan dari pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi tidak
boleh berhenti. Akan tetapi pemerataan pendidikan itu harus dilakukan tanpa
mengabaikan mutu pendidikan itu sendiri. Karena itu maka salah satu kelemahan
dari sistem pendidikan kita adalah sulitnya memberikan pendidikan yang
benar-benar dapat memupuk profesionalisme seseorang dalam berkarier atau
bekerja. Saat ini pendidikan kita terlalu menekankan pada segi teori dan
bukannya praktek. Pendidikan seringkali disampaikan dalam bentuk yang monoton
sehingga membuat para siswa menjadi bosan. Pendidikan dalam wujud praktek lebih
diberikan dalam porsi yang lebih besar dan cara pembelajaran dan pemberian
pendidikkan pun diberikan dalam wujud yang lebih menarik dan kreatif.
Selain masalah pendidikan, dampak dari pengangguran juga mengakibatkan
tingginya angka inflasi. Hal itu karena tidak seimbangnya antara permintaan dan
penawaran barang dan jasa. Ini membuktikan tingginya laju inflasi di negara
kita lebih banyak dipengaruhi sektor riil, bukan sektor moneter. Jika kita
mengambil kesimpulan mengenai masalah inflasi di Indonesia bahwa ternyata laju
inflasi tidak semata ditentukan faktor moneter, tapi juga faktor fisik. Ada
empat faktor yang menentukan tingkat inflasi, tingkat inflasi ditentukan faktor
fisik prasarana.
G.
DATA PENGANGGURAN DI NEGARA INDONESIA
Jumlah Pengangguran di Negara
Indonesia hingga tahun
2005 mencapai 11,15 juta jiwa dari total jumlah penduduk yang mencapai 223 juta
jiwa. Jumlah ini menjadikan Negara
Indonesia pada saat itu menempati peringkat ke seratus tiga puluh tiga dunia
dalam hal pengangguran.
Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja
dan Sosial Kota Malang, Wahyu Santoso jumlah pengangguran ini tak
sebanding dengan jumlah lowongan yang tersedia selama tahun 2005.
Data di Dinas
menyebutkan dari 28,467 ribu (
dua puluh delapan juta empat ratus enam puluh tujuh ribu )
pengangguran, tercatat pengangguran berpendidikan sarjana mencapai 504 ribu ( lima ratus
empat ribu ) penganggur, pengangguran berpendidikan SMA sebanyak 2,703 ribu ( dua juta
tujuh ratus tiga ribu ) , dan berpendidikan SMP sebanyak 4,761
ribu ( empat juta tujuh ratus enam puluh satu ribu ). "Selebihnya lulusan SD dan tak berijazah. Para
sarjana menganggur karena tidak memiliki bekal kemampuan tambahan misalnya
bahasa asing, membuat, dan kerajinan. Padahal kemampuan tambahan itu merupakan
nilai plus bagi para pencari kerja. "Seharusnya saat kuliah mereka mencari
kemampuan tambahan," katanya.
Untuk memperkecil jumlah pengangguran, Disnakersos menggelar berbagai
kegiatan, seperti bursa kerja. Selain itu juga terus menjalin kerja sama dengan
perusahaan di luar Negeri untuk bisa merekrut Warga Negara Indonesia sebagai tenaga kerja TKI keluar negeri. Wahyu berharap hingga akhir tahun
2009 jumlah PHK di Negara
Indonesia tidak terus bertambah.
Menurut umur, angka pengangguran di Indonesia sudah mencapai 11 juta (usia
15 tahun keatas) dan 8.5 juta-nya penduduk usia 15-29 tahun. Seperti pada
Histogram 1 di atas, menunjukan angka pengangguran terbuka (%) menurut umur (15
tahun ke atas, 15-29 tahun dan 30-49 tahun). Terlihat jelas bahwa pengangguran
terbuka banyak terjadi di usia remaja 15 sampai 29 tahun (23%). Di usia
tersebut banyak sekali lulusan sekolah yang ingin mendapatkan pekerjaan, dari
yang baru lulus SMP, SMU maupun perguruan tinggi termasuk yang tidak sekolah.
Sangat masuk akal jika hal ini terjadi. Sedangkan untuk usia 30-49 tahun,
jumlah penganggurannya tidak terlalu tinggi (hanya4%). Angka pengangguran terbuka penduduk usia lebih dari 15 tahun
ke atas sekitar10.4%. Jika kita lihat, ternyata kaum perempuan-lah yang banyak
sebagai penganggur terbuka, sekitar27.6% (usia 15-29 th) atau13.7% (usia di
atas 15 tahun). Hal-hal yang menyebabkan fenomena ini antara lain masih adanya
diskriminasi gender, jenis pekerjaan yang tersedia kebanyakan untuk laki-laki.
Hal-hal tersebut masih perlu dianalisa lebih lanjut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan
kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi
pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang
efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi
kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945
dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan
penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional. Untuk itu diperlukan dua
kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan makro (umum)
yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi
seperti moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai
tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen
Keuangan) dan lainnya. Dalam keputusan rapat-rapat kebinet, hal-hal itu harus
jelas keputusannya dengan fokus pada penanggulangan pengangguran. Jadi setiap
lembaga pemerintah yang terkait dengan pengangguran harus ada komitmen dalam
keputusannya dan pelaksanaannya. Selain itu, ada juga kebijakan mikro (khusus).
Kebijakan itu dapat dijabarkan dalam beberapa poin
.
Pertama, pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari
kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun
sering tidak menyadari dan mengembangkan secara optimal.
Kedua, segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang
tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas
transportasi dan komunikasi.
Ketiga, segera membangun lembaga
sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur.
Keempat, segera menyederhanakan
perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat
investasi baik Penanamaan Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan investasi masyarakat secara perorangan maupun berkelompok. Kelima,
mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di wilayah
perkotaan lainnya, seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang
tidak sehat. Kita. Diharapkan ke depannya di Negara Indonesia kebijakan ketenagakerjaan dapat
diubah (reorientasi) kembali agar dapat berfungsi secara optimal untuk
memerangi pengangguran.
B.
SOLUSI MASALAH PENGANGGURAN DI NEGARA INDONESIA
Masalah penganggur terbuka (open unemployed) dan setengah penggangur (underemployed) bukanlah persoalan kecil yang
harus dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini dan ke depan. penganggur terbuka yang di
alami masyarakat Indonesia sekarang ini sudah mencapai sekitar dua kali dari
penduduk Malaysia. Penganggur itu berpotensi menimbulkan kerawanan berbagai
kriminal dan gejolak sosial, politik dan kemiskinan. Selain itu, pengangguran
juga merupakan pemborosan yang luar biasa. Setiap orang harus mengkonsumsi
beras, gula, minyak, pakaian, energi listrik, sepatu, jasa dan sebagainya
setiap hari, tapi mereka tidak mempunyai penghasilan. Bisa kita bayangkan
berapa ton beras dan kebutuhan lainnya harus disubsidi setiap harinya. Bekerja
berarti memiliki produksi. Seberapa pun produksi yang dihasilkan tetap lebih
baik dibandingkan jika tidak memiliki produksi sama sekali. Karena itu, apa pun
alasan dan bagaimanapun kondisi Indonesia saat ini masalah pengangguran harus
dapat diatasi dengan berbagai upaya.
Sering berbagai pihak menyatakan persoalan pengangguran itu adalah
persoalan muara. Berbicara mengenai pengangguran banyak aspek dan teori
disiplin ilmu terkait. Yang jelas pengangguran hanya dapat ditanggulangi secara
konsepsional, komprehensif, integral baik terhadap persoalan hulu maupun muara.
Sebagai solusi pengangguran, berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh
sebagai berikut.
1. Setiap
penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi kemanusiaan
artinya
produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan pengangguran menjadi -komitmen nasional. Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya. Dalam keputusan rapat-rapat kebinet, hal-hal itu harus jelas keputusannya dengan fokus pada penanggulangan pengangguran. Jadi setiap lembaga pemerintah yang terkait dengan pengangguran harus ada komitmen dalam keputusannya dan pelaksanaannya.
produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan pengangguran menjadi -komitmen nasional. Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya. Dalam keputusan rapat-rapat kebinet, hal-hal itu harus jelas keputusannya dengan fokus pada penanggulangan pengangguran. Jadi setiap lembaga pemerintah yang terkait dengan pengangguran harus ada komitmen dalam keputusannya dan pelaksanaannya.
2. Segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal
dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan
komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai
jenis maupun tingkatan. Harapan akan berkembangnya potensi wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia maupun keuangan (finansial).
3. Segera
membangun lembaga sosial yang dapat menjamin
kehidupan penganggur. Hal itu dapat
dilakukan serentak dengan pendirian Badan Jaminan Sosial Nasional dengan embrio
mengubah PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) menjadi Badan Jaminan
Sosial Nasional yang terdiri dari berbagai devisi menurut sasarannya. Dengan membangun lembaga itu, setiap penganggur di
Indonesia akan tercatat dengan baik dan mendapat perhatian khusus. Secara
teknis dan rinci, keberadaaan lembaga itu dapat disusun dengan baik.
C.
Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Ibarat ”tak ada gading yang tak retak”, tentunya makalah ini jauh dari
kesempurnaan maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
untuk perbaikan makalah selanjutnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.andisite.com,2007
http://www.datastatistik-indonesia.com,2007
http://www.dephan.go.id,2007
http://www.google.co.id,2007
http://id.wikipedia.co.id,2007
http://www.instruments.worldpress.com,2007
http://www.suarapembaruan.com,2007
http://www.datastatistik-indonesia.com,2007
http://www.dephan.go.id,2007
http://www.google.co.id,2007
http://id.wikipedia.co.id,2007
http://www.instruments.worldpress.com,2007
http://www.suarapembaruan.com,2007
http://bekompas.blogspot.com/2011/10/contoh-makalah-berjudul-penyebab.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar