Senin, 06 Mei 2013

Tugas 4. Indonesia menghadapi ekonomi global tahun 2013





Tugas/Tulisan 4 softskill
KEKUATAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI EKONOMI GLOBAL TAHUN 2013







Nama : Eiva Kappelia

Kelas : 1 EB 24

Npm : 22212392



ABSTRAK

Era globalisasi tidak hanya ditandai oleh dominasi teknologi informasi dan ekonomi yang berbasis pengetahuan, tetapi juga SDM yang dituntut mampu mengembangkan diri secara proaktif, menjadi manusia pembelajar dan bekerja keras. SDM yang mampu bersaing di era globalisasi adalah yang mempunyai etos kerja tinggi. Mereka menganggap bekerja sebagai rahmat, amanah, sebuah panggilan, sarana aktualisasi diri, ibadah, seni, kehormatan dan pelayanan. Jika SDM mempunyai ciri-ciri tersebut, maka perusahaan akan memperoleh SDM yang mempunyai keikhlasan dan ketangguhan dalam menghadapi persaingan global. Agar memperoleh SDM yang mempunyai etos kerja tinggi, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah identifikasi dan pengembangan kecerdasan spiritual dan kecerdasan dalam menghadapi rintangan.

                                                                 KATA PENGANTAR

           Puji dan syukur selalu saya panjatkan kehadiran Allah SWT, Tuhan semesta sekalian alam yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada seluruh makhluk di muka bumi ini. Untuk itu hanya karena kekuasaan dan kehendaknya pulalah akhirnya penulis dapat mewujudkan buah pikirannya dalam bentuk tulisan yang sederhana ini.
           Tema makalah kali ini yang diambil adalah mengenai kekuatan indonesia dalam mennghadapi ekonomi global tahun 2013, mungkin tulisan ini akan berguna bagi yang membaca nya ,sehingga tulisan ini dapat dipakai sebagai bahan referensi untuk materi yang sama dengan mata kuliah yang bersangkutan.
            Selanjutnya penulis menyadari bahwa rasanya sulit untuk dapat mewujudkan tulisan ini kehadapan para pembaca tanpa bantuan orang lain, dan tentunya juga ucapan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan serta doanya, Selain itu ucapan terima kasih kepada teman-teman yang memberikan dukungan dan informasi-informasi mengenai tema tulisan yang saya ambil kali ini.
            Untuk itu kepada semua orang yang telah penulis sebutkan diatas saya ucapkan terima kasih, teriring doa semoga Allah Yang Maha Esa yang akan membalas segala budi baik tersebut.
Akhir kata, penulis sitirkan sebuah pepatah ytang mengatakan bahwa Tiada Gading Yang Tak retak. Begitulah kenyataan yang ada, bahwa sebagai manusia biasa tentunya penulis tidak luput dari segala kelemahan dan kekurangan. Harapan terakhir dari penulis, semoga tulisan ini dapat memberikan arti dalam memperkaya khasanah keilmuan para pembaca yang selalu haus dan lapar dengan ilmu pengetahuan.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Globalisasi ekonomi adalah kehidupan ekonomi secara global, yaitu terbuka, tanpa mengenal batas-batas teritorial (kewilayahan) antara negara yang satu dengan negara yang lain. Globalisasi ekonomi memandang dunia sebagai satu kesatuan. Sisi perdagangan dan investasi bergerak menuju liberalisasi perdagangan dan investasi dunia secara keseluruhan. Sebab-sebab terjadinya globalisasi ekonomi adalah sebagai berikut:
1.   adanya globalisasi di bidang informasi dan komunikasi antara bangsa-bangsa di dunia
2.   kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang komunikasi dan transportasi
3.   semakin majunya kerja sama internasional

      Globalisasi ekonomi sangat erat kaitannya dan selalu berhubungan dengan perdagangan bebas (Free Trade). Perdagangan bebas berusaha menciptakan kawasan perdagangan yang lebih luas dan menghilangkan hambatan-hambatan yang mengakibatkan tidak lancarnya perdagangan internasional.

      Hambatan-hambatan perdagangan biasanya terjadi karena tarif ekspor dan impor yang diberlakukan terlalu tinggi sehingga harga barang tidak kompetitif. Di samping itu, hambatan terjadi karena politik dagang (misalnya proteksi) yang diberlakukan oleh negara tertentu untuk melindungi produksi dalam negeri.

Ekonomi dunia atau ekonomi global secara umum merujuk ke ekonomi yang didasarkan pada ekonomi nasional semua negara di dunia. Ekonomi global juga dapat dipandang sebagai ekonomi masyarakat global dan ekonomi nasional – yaitu ekonom masyarakat setempat, sehingga menciptakan satu ekonomi global. Ekonomi dunia dapat dievaluasi dengan berbagai cara. Misalnya, tergantung model yang dipakai, penilaian yang dipakai dapat direpresentasikan menggunakan mata uang tertentu, misalnya dolar AS tahun 2006 atau euro tahun 2005.

Nilai pasar dalam mata uang lokal biasanya diterjemahkan menjadi satu satuan moneter tunggal menggunakan ide kemampuan berbelanja. Ini adalah metode yang dipakai untuk menghitung aktivitas ekonomi dunia dalam mata uang dolar AS atau euro asli. Meski begitu, ekonomi dunia dapat dinilai dan diekspresikan dalam berbagai cara. Tidak jelas seberapa banyak penduduk dunia yang sebagian besar aktivitas ekonominya terefleksikan pada nilai-nilai ini.
 

1.2Rumusan Masalah

1.     Apa Yang di Maksud Empat kekuatan Indonesia hadapi 2013?
2.      Bagaimana Ekonomi Global dan Resiko 2013?
3.      Bagaimana Potensi Dan Prospek Perekonomian Indonesia?
4.     Apa penyebab pertumbuhan ekonomi di indonesia
     Tahun 2013 relatif lebih rendah ?

1.3Tujuan

1.     Untuk Mengetahui Empat kekuatan Indonesia hadapi 2013.
2.     Untuk Mengetahui Global dan Resiko 2013.
3.     Untuk Mengetahui Potensi Dan Prospek Perekonomian Indonesia.
4.     Untuk mengetahui penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi di indonesia tahun 2013


  
Landasan teori

            Edimon Ginting memaparkan empat kekuatan Indonesia dalam menghadapi ekonomi global pada 2013 yang mulai menunjukkan geliat pemulihan. Faktor pendorong pertumbuhan atau engine of growth Indonesia terdiri dari konsumsi domestik yang tetap tumbuh, investasi, pemerintah--dalam hal ini infrastruktur--, serta ekspor dan impor. Konsumsi domestik, menurut ekonom itu, masih akan menjadi faktor pendorong ekonomi Indonesia yang utama. Kontribusi sektor ini masih akan tetap tinggi pada 2013 diikuti dengan investasi yang juga tinggi. Pertumbuhan kredit domestik sekitar 23 persen, sedangkan pertumbuhan investasi bisa tumbuh hingga 30 persen,

            Menurut Edimon, pertumbuhan investasi sepanjang 2012 dinilai masih sangat kuat karena Indonesia merupakan negara tujuan investasi keempat di dunia setelah Amerika Serikat, China dan India. Sehingga dia optimistis pertumbuhan investasi 2013 masih berada di kisaran 25-30 persen. Selain itu, Edimon mengungkapkan kontribusi sektor ekspor impor bisa tumbuh sedikit lebih baik, meskipun kontribusinya jauh dibawah capaian 2011.

         Dia memprediksi ekspor impor pada 2013 akan negatif delapan persen dengan adanya peningkatan ekspor dan penurunan impor konsumsi.
Pada 2013 ekspor impor pelan-pelan akan positif. Ekspor membaik, transaksi berjalan juga akan membaik,


BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Empat Kekuatan Indonesia Hadapi 2013
Deputi Direktur Bank Pembangunan Asia (ADB) Indonesia Edimon Ginting memaparkan empat kekuatan Indonesia dalam menghadapi ekonomi global pada 2013 yang mulai menunjukkan geliat pemulihan.

"Faktor pendorong pertumbuhan atau engine of growth Indonesia terdiri dari konsumsi domestik yang tetap tumbuh, investasi, pemerintah--dalam hal ini infrastruktur--, serta ekspor dan impor," .

Konsumsi domestik, menurut ekonom itu, masih akan menjadi faktor pendorong ekonomi Indonesia yang utama. Kontribusi sektor ini masih akan tetap tinggi pada 2013 diikuti dengan investasi yang juga tinggi.
"Pertumbuhan kredit domestik sekitar 23 persen, sedangkan pertumbuhan investasi bisa tumbuh hingga 30 persen," .

Menurut Edimon, pertumbuhan investasi sepanjang 2012 dinilai masih sangat kuat karena Indonesia merupakan negara tujuan investasi keempat di dunia setelah Amerika Serikat, China dan India. Sehingga dia optimistis pertumbuhan investasi 2013 masih berada di kisaran 25-30 persen.

Selain itu, Edimon mengungkapkan kontribusi sektor ekspor impor bisa tumbuh sedikit lebih baik, meskipun kontribusinya jauh dibawah capaian 2011.
Dia memprediksi ekspor impor pada 2013 akan negatif delapan persen dengan adanya peningkatan ekspor dan penurunan impor konsumsi.

"Pada 2013 ekspor impor pelan-pelan akan positif. Ekspor membaik, transaksi berjalan juga akan membaik," tuturnya.
Sementara itu, perbaikan infrastruktur masih terus menjadi agenda utama Pemerintah untuk bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

ADB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 mencapai 6,6 persen sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2012 akan berada sekitar 6,3 persen.
Proyeksi ini berdasarkan adanya potensi pemulihan ekonomi global 2012 yang diprediksi stagnan pada level 1,2 persen seperti 2011.
Potensi pemulihan, terutama terlihat di Amerika Serikat dan China. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Eropa diperkirakan masih negatif 0,4 persen.

2.2 Ekonomi Global dan Resiko 2013

Terintegrasinya ekonomi Indonesia dengan perekonomian global membuat kita perlu terus mewaspadai arah dan trend ekonomi global. Kebijakan yang cepat, tepat dan terukur untuk me-respons peluang dan tantangan global perlu terus kita lakukan. Beberapa waktul alu, perekonomian Indonesia relative berhasil memitigasi dampak negative krisis Sub-Prime Mortgage dan Krisis di Utang di Zona Eropa. Pada 2013, potensi ancaman krisis dunia masih tetap tinggi yang bersumber pada pemulihan krisis di Zona Eropa dan pelemahan ekonomi Amerika Serikat akibat program pengetatan belanja public dan kenaikan pajak.

Efek berantai ke-dua wilayah ini perlu kita antisipasi terhadap sejumlah kinerja ekonomi nasional terutama di sector perdagangan dan investasi. Sebenarnya pada 2012, perekonomian nasional telah menerima dampak atas pelemahan ekonomi global. Secara akumulatif Januari-November 2012, deficit Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) mencapai 1,33 miliar dollar AS dengan nilai impor mencapai 176.09 miliar dollar AS dan ekspor sebesar 174,76 miliar dollar AS. Strategi yang dilakukan seperti diversifikasi negara tujuan ekspor, import-substitution, hilirisasi dan industrialisasi akan terus dilakukan untuk lebih menyeimbangkan ekspor-impor Indonesia pada 2013. 

Selain itu juga, perubahan iklim dan cuaca ikut meningkatkan volatilitas harga pangan dunia. Pada beberapa waktu yang lalu, ekonomi Indonesia mendapatkan ujian dari meningkatnya harga sejumlah komoditas pangan dunia seperti kedelai akibat tidak tercapainya target produksi negara penghasil utama. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini yaitu kekeringan yang terjadi di Amerika Serikat ditambah dengan aksi borong negara importer untuk mengamankan pasokan dalam negerinya. Resiko akan hal ini masih akan tetap tinggi mengingat unpredictability perubahan iklim dan cuaca pada 2013. Revitalisiasi lembaga stabilitas pangan Indonesia (BULOG) tengah disusun guna meningkatkan ruang gerak dalam mengantisipasi resiko akan halini.

Dari sisi keseimbangan fiscal dan belajar dari krisis yang terjadi di zona Eropa, maka defisit anggaran dan utang menjadi perhatian kita semua. Pemerintah akan tetap menjaga proporsi defisit/PDB Indonesia pada rentan yang aman. Pemerintah dan DPR telah menyepakati defisit anggaran terhadap PDB pada 2013 sebesar 1.65 persen dan dibawah rule of thumb standar aman sebesar 3 persen. Sementara rasio utang terhadap PDB berada pada lebel 25 persen. Proporsi ini perlu terus kita jaga dan pertahankan untuk menciptakan fundamental ekonomi yang semakin kuat. Sekaligus juga sebagai antisipasi terhadap setiap external-shock kepada kesehatan belanja dan fiskal Indonesia pada 2013.

Selain itu, potensi destabilitas kawasan terkait dengan konflik kepulauan Senkaku/Diaoyu antara dua kekuatan ekonomi terbesar Asia yaitu Jepang dan China menciptakan kekhawatiran baru. Konflik terbuka antara kedua negara sangat dikhawatirkan mengganggu kinerja ekonomi kawasan dan juga Indonesia. Tanpa adanya solusi diplomasi dan meruncingnya konflik akan mengganggu investasi, perdagangan dan jalur transportasi antar negara-wilayah dalam kawasan Asia Pasifik. Peran aktif Indonesia dan negara lain untuk ikut meredakan ketegangan antara kedua negara tersebut sangat diperlukan agar tidak menjadi sumber krisis baru di kawasan Asia.

Tantangan ekonomi global membutuhkan kesiapan kita bersama untuk membuat kebijakan dan strategi antisipatif. Pemerintah akan terus memonitor dan mempersiapkan langkah-langkah antisipatif-kebijakan untuk memitigasi setiap potensi resiko ancaman eksternal. Diharapkan semangat Indonesia-Incorporated seperti yang telah kita lakukan selama ini dapat meminimalisir resiko ekonomi global. Sehingga kita dapat mencapai target-target pembangunan baik yang tertuang dalam RPJP, RPJM dan ausmsi APBN 2013.

 2.3 Potensi Dan Prospek Perekonomian Indonesia
Bercermin dari kinerja perekonomian nasional tahun 2012 dengan ketahanan dan kesinambungan pertumbuhan di tengah perekonomian global yang masih belum menentu, maka perekonomian nasional tahun 2013 memiliki potensi besar untuk terus tumbuh dan mencapai target makro ekonomi, seperti tingkat pertumbuhan sebesar 6,8% dan tingkat inflasi sebesar 4,9%. Kekuatan pasar domestik dan arus investasi yang semakin meningkat seiring dengan pengakuan rating investment gradeoleh lembaga pemeringkat internasional seperti S&P, Moody dan Fitch, merupakan modal utama pertumbuhan.

Prospek Indonesia sebagai negara dengan perekonomian nomor 16 di dunia, nomor 4 di Asia setelah China, Jepang dan India, serta terbesar di Asia Tenggara, semakin menjanjikan dengan melimpahnya sumber daya alam, pertumbuhan konsumsi swasta dan iklim investasi yang kondusif. Namun ke depan masih terdapat tantangan besar untuk meningkatkan daya saing (competitiveness) yang saat ini berada pada peringkat 50 dari 144 negara, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, efisiensi pasar tenaga kerja, penguasaan teknologi dan inovasi, serta kelembagaan.

Peningkatan pendapatan per kapita menjadi US$ 3.660 membuat Indonesia masuk ke dalam kategori negara berpendapatan menengah, dimana pertumbuhan ekonominya tidak lagi dapat bergantung kepada sumber daya alam dan alokasi tenaga kerja murah (resources and low cost-driven growth) namun harus mampu menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dengan memanfaatkan modal fisik dan sumber daya manusia terampil (productivity-driven growth), agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak stagnan dan terhindar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap). Melalui program MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang telah berjalan sejak tahun 2011, Pemerintah terus mempercepat pengembanganberbagai program pembangunan untuk mendorong peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi, pembangunan infrastruktur danenergi, serta pembangunan SDM dan Iptek.  
Selain itu Pemerintah juga mendorong perluasan pembangunan ekonomi Indonesia agar efek positif dari pembangunan ekonomi Indonesia dapat dirasakan di semua daerah dan oleh seluruh komponen masyarakat. Diproyeksikan investasi yang dialokasikan untuk kegiatan proyek MP3EI pada tahun 2013akan berjumlah Rp. 545,53 trilyun untuk 82 proyek infrastuktur dan 64 proyek di sektor riil yang menyebar di semua 6 koridor ekonomi, dengan porsi terbesar di koridor Papua - Maluku (37,5%) dan koridor Jawa (21,22%). 
 Berlarut-larutnya penyelesaian pemulihan krisis ekonomi di kawasan Eropa dan AS masih akan menghambat ekspansi pertumbuhan ekspor. Pelemahan nilai tukar rupiah yang semakin berlanjut pada awal tahun 2013 hingga mendekati Rp.10.000/US$ di satu sisi membuat harga produk ekspor Indonesia bertambah kompetitif dan di sisi lain dapat menahan pembelian domestik terhadap produk impor yang harganya semakin tinggi. Namun nilai tukar rupiah harus dijaga agar tidak menembus angka psikologis tersebut mengingat kondisi perekonomian ke depan masih dibayang-bayangi dengan ancaman kenaikan harga minyak dunia.

Beban alokasi subsidi energi dalam APBN TA 2013 yang mencapai Rp. 274,7 trilyun (subsidi BBM Rp 193,8 trilyun dan subsidi listrik Rp 80,9 trilyun) berpotensi untuk bertambah apabila konsumsi BBM melebihi pagu 46 juta kl dan tidak dilakukan penyesuaian harga. Selain itu keterbatasan produksi minyak dalam negeri (lifting minyak tahun 2012 hanya mencapai 861 ribu barel per hari) menyebabkan Indonesia lebih banyak mengimpor BBM (net importer). Nilai impor BBM setiap tahunnya sangat besar, yaitu US$ 28 milliar pada tahun 2011(yang merupakan nilai komoditas impor terbesar dalam neraca perdagangan Indonesia)dan berjumlah US$ 26 milliar hingga November 2012 atau sementara menempati nomor 2 terbesar di bawah impor mesin dan peralatan mekanik (US$ 26,2 milliar) sehingga berpotensi untuk kembali menjadi komoditas impor terbesar pada penghujung tahun 2012 (Basri, 2013). Namun demikian penyesuaian harga BBM perlu dilakukan secara seksama, baik waktu, tahapan dan besarannya mengingat akan diikuti oleh kenaikan berbagai harga secara luas. Di sisi lain administered inflation sudah pasti akan meningkat akibat kebijakan kenaikan harga listrik sebesar 15% (secara bertahap/triwulan) dan kenaikan upah minimum provinsi (UMP).
Akhirnya berbagai potensi dan peluang perekonomian yang ada harus dimanfaatkan dengan maksimal dan didukung dengan bauran kebijakan fiskal dan moneter yang prudential, transparent dan accountable untuk memperluas penciptaan lapangan pekerjaan dan mempercepat tingkat penurunan angka kemiskinan yang pada bulan September 2012 tercatat sejumlah 28,59 juta orang (11,66%) atau telah menurun dibandingkan akhir tahun 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36%).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2013 hanya naik 6,02 persen. Nilai tersebut lebih rendah dibanding target pemerintah di periode yang sama yaitu 6,2-6,3 persen.   Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih rendah dibanding target semula disebabkan karena perlambatan di sisi investasi.
"Kita ekspektasi karena perlambatan di investasi. Namun angkanya belum keluar. Kami memang sudah perkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2013 memang akan lebih buruk atau lebih flat dibanding kuartal IV-2012," kata Destry kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (6/5/2013).

2.3 Penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi di indonesia

Destry memerkirakan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2013 ini bisa sebesar 6,1 persen. Namun ternyata hanya naik 6,02 persen. Destry menganggap bahwa kenyataan pertumbuhan ekonomi di periode tersebut ternyata lebih rendah dari ekspektasi para analis.
Seperti diberitakan, Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 2013 berada pada kisaran 6,2 persen hingga 6,3 persen. Kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih menjadi dasar prediksi. "Tahun ini memang kondisinya belum bisa diyakini lebih baik dari tahun lalu," ujar Bambang di Jakarta, Senin (22/4/2013).
Dia mengharapkan kondisi perekonomian global mulai membaik pada semester II, agar target pertumbuhan yang diperkirakan tahun ini mencapai 6,3 persen-6,5 persen dapat tercapai.  "Kita mengandalkan di semester II. Kita berharap ada perbaikan di global, terserah mau (perbaikan harga) komoditas atau apa," kata Bambang.
Dia pun menginginkan adanya kepastian terkait kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi karena dapat memberikan dampak kepada kualitas pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. "Kalau ada kebijakan, malah positif buat pertumbuhan, karena itu bagus pengaruhnya ke makro," katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 berada pada kisaran 6,2 persen-6,6 persen. Perkiraan ini lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya yang dipatok di kisaran 6,3 persen-6,8 persen.


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Bercermin dari kinerja perekonomian nasional tahun 2012 dengan ketahanan dan kesinambungan pertumbuhan di tengah perekonomian global yang masih belum menentu, maka perekonomian nasional tahun 2013 memiliki potensi besar untuk terus tumbuh dan mencapai target makro ekonomi, seperti tingkat pertumbuhan sebesar 6,8% dan tingkat inflasi sebesar 4,9%. Kekuatan pasar domestik dan arus investasi yang semakin meningkat seiring dengan pengakuan rating investment gradeoleh lembaga pemeringkat internasional seperti S&P, Moody dan Fitch, merupakan modal utama pertumbuhan.

Prospek Indonesia sebagai negara dengan perekonomian nomor 16 di dunia, nomor 4 di Asia setelah China, Jepang dan India, serta terbesar di Asia Tenggara, semakin menjanjikan dengan melimpahnya sumber daya alam, pertumbuhan konsumsi swasta dan iklim investasi yang kondusif. Namun ke depan masih terdapat tantangan besar untuk meningkatkan daya saing (competitiveness) yang saat ini berada pada peringkat 50 dari 144 negara, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, efisiensi pasar tenaga kerja, penguasaan teknologi dan inovasi, serta kelembagaan.


DAFTAR PUSTAKA


-      Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik, Januari 2013.
-      Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik, November 2012.
-      Faisal Basri, BBM Biang Keladi Defisit Perdagangan, Harian Kompas, 7 Januari 2013.
-      Firmanzah, Prakiraan Perekonomian Indonesia 2013, Staf Khusus Presiden Bidang
       Ekonomi dan Pembangunan, Desember 2012.
-      Firmanzah, Ekonomi Indonesia dan Outlook 2013, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan  
       Pembangunan, Desember 2012.
-      Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI), Laporan 
       Perkembangan Pelaksanaan
MP3EI, Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
       Desember 2012
-     The World Bank, Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Menyoroti Kebijakan,
       Desember 2012
.