Tugas/Tulisan 4
softskill
KEKUATAN
INDONESIA DALAM MENGHADAPI EKONOMI GLOBAL TAHUN 2013
Nama : Eiva Kappelia
Kelas : 1 EB 24
Npm : 22212392
ABSTRAK
Era globalisasi
tidak hanya ditandai oleh dominasi teknologi informasi dan ekonomi yang
berbasis pengetahuan, tetapi juga SDM yang dituntut mampu mengembangkan diri
secara proaktif, menjadi manusia pembelajar dan bekerja keras. SDM yang mampu
bersaing di era globalisasi adalah yang mempunyai etos kerja tinggi. Mereka
menganggap bekerja sebagai rahmat, amanah, sebuah panggilan, sarana aktualisasi
diri, ibadah, seni, kehormatan dan pelayanan. Jika SDM mempunyai ciri-ciri
tersebut, maka perusahaan akan memperoleh SDM yang mempunyai keikhlasan dan ketangguhan
dalam menghadapi persaingan global. Agar memperoleh SDM yang mempunyai etos
kerja tinggi, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah
identifikasi dan pengembangan kecerdasan spiritual dan kecerdasan dalam
menghadapi rintangan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu saya panjatkan kehadiran Allah SWT, Tuhan semesta sekalian alam yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada seluruh makhluk di muka bumi ini. Untuk itu hanya karena kekuasaan dan kehendaknya pulalah akhirnya penulis dapat mewujudkan buah pikirannya dalam bentuk tulisan yang sederhana ini.
Tema makalah kali ini yang diambil adalah mengenai kekuatan indonesia dalam mennghadapi ekonomi global tahun 2013, mungkin tulisan ini akan berguna bagi yang membaca nya ,sehingga tulisan ini dapat dipakai sebagai bahan referensi untuk materi yang sama dengan mata kuliah yang bersangkutan.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa rasanya sulit untuk dapat mewujudkan tulisan ini kehadapan para pembaca tanpa bantuan orang lain, dan tentunya juga ucapan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan serta doanya, Selain itu ucapan terima kasih kepada teman-teman yang memberikan dukungan dan informasi-informasi mengenai tema tulisan yang saya ambil kali ini.
Untuk itu kepada semua orang yang telah penulis sebutkan diatas saya ucapkan terima kasih, teriring doa semoga Allah Yang Maha Esa yang akan membalas segala budi baik tersebut.
Akhir kata, penulis sitirkan sebuah pepatah ytang mengatakan bahwa Tiada Gading Yang Tak retak. Begitulah kenyataan yang ada, bahwa sebagai manusia biasa tentunya penulis tidak luput dari segala kelemahan dan kekurangan. Harapan terakhir dari penulis, semoga tulisan ini dapat memberikan arti dalam memperkaya khasanah keilmuan para pembaca yang selalu haus dan lapar dengan ilmu pengetahuan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Globalisasi ekonomi adalah kehidupan ekonomi secara
global, yaitu terbuka, tanpa mengenal batas-batas teritorial (kewilayahan)
antara negara yang satu dengan negara yang lain. Globalisasi ekonomi memandang
dunia sebagai satu kesatuan. Sisi perdagangan dan investasi bergerak menuju
liberalisasi perdagangan dan investasi dunia secara keseluruhan. Sebab-sebab
terjadinya globalisasi ekonomi adalah sebagai berikut:
1. adanya
globalisasi di bidang informasi dan komunikasi antara bangsa-bangsa di dunia
2. kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang komunikasi dan transportasi
3. semakin
majunya kerja sama internasional
Globalisasi ekonomi sangat erat kaitannya dan selalu
berhubungan dengan perdagangan bebas (Free Trade). Perdagangan bebas berusaha
menciptakan kawasan perdagangan yang lebih luas dan menghilangkan
hambatan-hambatan yang mengakibatkan tidak lancarnya perdagangan internasional.
Hambatan-hambatan perdagangan biasanya terjadi karena
tarif ekspor dan impor yang diberlakukan terlalu tinggi sehingga harga barang
tidak kompetitif. Di samping itu, hambatan terjadi karena politik dagang
(misalnya proteksi) yang diberlakukan oleh negara tertentu untuk melindungi
produksi dalam negeri.
Ekonomi
dunia atau ekonomi global secara umum merujuk ke
ekonomi yang didasarkan pada ekonomi nasional semua negara di dunia. Ekonomi
global juga dapat dipandang sebagai ekonomi masyarakat global dan ekonomi
nasional – yaitu ekonom masyarakat setempat, sehingga menciptakan satu ekonomi
global. Ekonomi dunia dapat dievaluasi dengan berbagai cara. Misalnya,
tergantung model yang dipakai, penilaian yang dipakai dapat direpresentasikan
menggunakan mata uang tertentu, misalnya dolar AS tahun 2006 atau euro tahun
2005.
Nilai pasar dalam mata uang lokal biasanya diterjemahkan menjadi satu
satuan moneter tunggal menggunakan ide kemampuan berbelanja. Ini adalah metode
yang dipakai untuk menghitung aktivitas ekonomi dunia dalam mata uang dolar AS
atau euro asli. Meski begitu, ekonomi dunia dapat dinilai dan diekspresikan
dalam berbagai cara. Tidak jelas seberapa banyak penduduk dunia yang sebagian
besar aktivitas ekonominya terefleksikan pada nilai-nilai ini.
1.2Rumusan
Masalah
1.
Apa Yang di Maksud Empat
kekuatan Indonesia hadapi 2013?
2.
Bagaimana Ekonomi Global dan Resiko 2013?
3. Bagaimana Potensi Dan Prospek Perekonomian
Indonesia?
4. Apa penyebab pertumbuhan
ekonomi di indonesia
Tahun 2013 relatif lebih rendah ?
1.3Tujuan
1.
Untuk Mengetahui Empat
kekuatan Indonesia hadapi 2013.
2.
Untuk
Mengetahui Global dan Resiko 2013.
3. Untuk Mengetahui Potensi Dan
Prospek Perekonomian Indonesia.
4. Untuk mengetahui penyebab
rendahnya pertumbuhan ekonomi di indonesia tahun 2013
Landasan teori
Edimon
Ginting memaparkan empat kekuatan Indonesia dalam menghadapi ekonomi global
pada 2013 yang mulai menunjukkan geliat pemulihan. Faktor pendorong pertumbuhan
atau engine of growth Indonesia terdiri dari konsumsi domestik yang
tetap tumbuh, investasi, pemerintah--dalam hal ini infrastruktur--, serta
ekspor dan impor. Konsumsi domestik, menurut ekonom itu, masih akan menjadi
faktor pendorong ekonomi Indonesia yang utama. Kontribusi sektor ini masih akan
tetap tinggi pada 2013 diikuti dengan investasi yang juga tinggi. Pertumbuhan
kredit domestik sekitar 23 persen, sedangkan pertumbuhan investasi bisa tumbuh
hingga 30 persen,
Menurut
Edimon, pertumbuhan investasi sepanjang 2012 dinilai masih sangat kuat karena
Indonesia merupakan negara tujuan investasi keempat di dunia setelah Amerika
Serikat, China dan India. Sehingga dia optimistis pertumbuhan investasi 2013
masih berada di kisaran 25-30 persen. Selain itu, Edimon mengungkapkan
kontribusi sektor ekspor impor bisa tumbuh sedikit lebih baik, meskipun
kontribusinya jauh dibawah capaian 2011.
Dia
memprediksi ekspor impor pada 2013 akan negatif delapan persen dengan adanya
peningkatan ekspor dan penurunan impor konsumsi.
Pada 2013 ekspor impor pelan-pelan akan positif. Ekspor membaik, transaksi berjalan juga akan membaik,
Pada 2013 ekspor impor pelan-pelan akan positif. Ekspor membaik, transaksi berjalan juga akan membaik,
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Empat Kekuatan Indonesia Hadapi 2013
Deputi Direktur Bank Pembangunan Asia (ADB) Indonesia Edimon Ginting
memaparkan empat kekuatan Indonesia dalam menghadapi ekonomi global pada 2013
yang mulai menunjukkan geliat pemulihan.
"Faktor pendorong pertumbuhan atau engine of
growth Indonesia terdiri dari konsumsi domestik yang tetap tumbuh,
investasi, pemerintah--dalam hal ini infrastruktur--, serta ekspor dan
impor," .
Konsumsi domestik, menurut ekonom itu, masih akan menjadi faktor pendorong
ekonomi Indonesia yang utama. Kontribusi sektor ini masih akan tetap tinggi pada
2013 diikuti dengan investasi yang juga tinggi.
"Pertumbuhan kredit domestik sekitar 23 persen,
sedangkan pertumbuhan investasi bisa tumbuh hingga 30 persen," .
Menurut Edimon, pertumbuhan investasi sepanjang 2012
dinilai masih sangat kuat karena Indonesia merupakan negara tujuan investasi
keempat di dunia setelah Amerika Serikat, China dan India. Sehingga dia
optimistis pertumbuhan investasi 2013 masih berada di kisaran 25-30 persen.
Selain itu, Edimon mengungkapkan kontribusi sektor ekspor impor bisa tumbuh
sedikit lebih baik, meskipun kontribusinya jauh dibawah capaian 2011.
Dia memprediksi ekspor impor pada 2013 akan negatif
delapan persen dengan adanya peningkatan ekspor dan penurunan impor konsumsi.
"Pada 2013 ekspor impor pelan-pelan akan positif.
Ekspor membaik, transaksi berjalan juga akan membaik," tuturnya.
Sementara
itu, perbaikan infrastruktur masih terus menjadi agenda utama Pemerintah untuk bisa
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
ADB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
2013 mencapai 6,6 persen sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir
2012 akan berada sekitar 6,3 persen.
Proyeksi ini berdasarkan adanya potensi pemulihan
ekonomi global 2012 yang diprediksi stagnan pada level 1,2 persen seperti 2011.
Potensi pemulihan, terutama terlihat di Amerika
Serikat dan China. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Eropa diperkirakan masih
negatif 0,4 persen.
2.2
Ekonomi Global dan Resiko 2013
Terintegrasinya ekonomi Indonesia dengan perekonomian
global membuat kita perlu terus mewaspadai arah dan trend ekonomi global. Kebijakan yang cepat, tepat
dan terukur untuk me-respons peluang dan tantangan global perlu terus kita lakukan.
Beberapa waktul alu, perekonomian Indonesia relative berhasil memitigasi dampak
negative krisis Sub-Prime Mortgage dan Krisis di Utang di Zona Eropa. Pada
2013, potensi ancaman krisis dunia masih tetap tinggi yang bersumber pada
pemulihan krisis di Zona Eropa dan pelemahan ekonomi Amerika Serikat akibat
program pengetatan belanja public dan kenaikan pajak.
Efek berantai ke-dua wilayah ini perlu kita antisipasi
terhadap sejumlah kinerja ekonomi nasional terutama di sector perdagangan dan
investasi. Sebenarnya pada 2012, perekonomian nasional telah menerima dampak
atas pelemahan ekonomi global. Secara akumulatif Januari-November 2012, deficit
Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) mencapai 1,33 miliar dollar AS dengan nilai
impor mencapai 176.09 miliar dollar AS dan ekspor sebesar 174,76 miliar dollar
AS. Strategi yang dilakukan seperti diversifikasi negara tujuan ekspor, import-substitution,
hilirisasi dan industrialisasi akan terus dilakukan untuk lebih menyeimbangkan
ekspor-impor Indonesia pada 2013.
Selain itu juga, perubahan iklim dan cuaca ikut
meningkatkan volatilitas harga pangan dunia. Pada beberapa waktu yang lalu,
ekonomi Indonesia mendapatkan ujian dari meningkatnya harga sejumlah komoditas
pangan dunia seperti kedelai akibat tidak tercapainya target produksi negara
penghasil utama. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini yaitu kekeringan
yang terjadi di Amerika Serikat ditambah dengan aksi borong negara importer
untuk mengamankan pasokan dalam negerinya. Resiko akan hal ini masih akan tetap
tinggi mengingat unpredictability perubahan iklim dan cuaca pada 2013.
Revitalisiasi lembaga stabilitas pangan Indonesia (BULOG) tengah disusun guna
meningkatkan ruang gerak dalam mengantisipasi resiko akan halini.
Dari sisi keseimbangan fiscal dan belajar dari krisis
yang terjadi di zona Eropa, maka defisit anggaran dan utang menjadi perhatian
kita semua. Pemerintah akan tetap menjaga proporsi defisit/PDB Indonesia pada
rentan yang aman. Pemerintah dan DPR telah menyepakati defisit anggaran
terhadap PDB pada 2013 sebesar 1.65 persen dan dibawah rule of thumb
standar aman sebesar 3 persen. Sementara rasio utang terhadap PDB berada pada
lebel 25 persen. Proporsi ini perlu terus kita jaga dan pertahankan untuk
menciptakan fundamental ekonomi yang semakin kuat. Sekaligus juga sebagai
antisipasi terhadap setiap external-shock kepada kesehatan belanja dan
fiskal Indonesia pada 2013.
Selain itu, potensi destabilitas kawasan terkait dengan konflik kepulauan
Senkaku/Diaoyu antara dua kekuatan ekonomi terbesar Asia yaitu Jepang dan China
menciptakan kekhawatiran baru. Konflik terbuka antara kedua negara sangat
dikhawatirkan mengganggu kinerja ekonomi kawasan dan juga Indonesia. Tanpa
adanya solusi diplomasi dan meruncingnya konflik akan mengganggu investasi,
perdagangan dan jalur transportasi antar negara-wilayah dalam kawasan Asia
Pasifik. Peran aktif Indonesia dan negara lain untuk ikut meredakan ketegangan
antara kedua negara tersebut sangat diperlukan agar tidak menjadi sumber krisis
baru di kawasan Asia.
Tantangan ekonomi global membutuhkan kesiapan kita bersama untuk membuat
kebijakan dan strategi antisipatif. Pemerintah akan terus memonitor dan
mempersiapkan langkah-langkah antisipatif-kebijakan untuk memitigasi setiap
potensi resiko ancaman eksternal. Diharapkan semangat Indonesia-Incorporated
seperti yang telah kita lakukan selama ini dapat meminimalisir resiko ekonomi
global. Sehingga kita dapat mencapai target-target pembangunan baik yang
tertuang dalam RPJP, RPJM dan ausmsi APBN 2013.
2.3 Potensi Dan Prospek
Perekonomian Indonesia
Bercermin
dari kinerja perekonomian nasional tahun 2012 dengan ketahanan dan
kesinambungan pertumbuhan di tengah perekonomian global yang masih belum
menentu, maka perekonomian nasional tahun 2013 memiliki potensi besar untuk
terus tumbuh dan mencapai target makro ekonomi, seperti tingkat pertumbuhan
sebesar 6,8% dan tingkat inflasi sebesar 4,9%. Kekuatan pasar domestik dan
arus investasi yang semakin meningkat seiring dengan pengakuan rating investment
gradeoleh lembaga pemeringkat internasional seperti S&P, Moody dan
Fitch, merupakan modal utama pertumbuhan.
Prospek
Indonesia sebagai negara dengan perekonomian nomor 16 di dunia, nomor 4 di Asia
setelah China, Jepang dan India, serta terbesar di Asia Tenggara, semakin
menjanjikan dengan melimpahnya sumber daya alam, pertumbuhan konsumsi swasta
dan iklim investasi yang kondusif. Namun ke depan masih terdapat tantangan
besar untuk meningkatkan daya saing (competitiveness) yang saat ini
berada pada peringkat 50 dari 144 negara, khususnya yang berkaitan dengan
peningkatan infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, efisiensi pasar tenaga
kerja, penguasaan teknologi dan inovasi, serta kelembagaan.
Peningkatan
pendapatan per kapita menjadi US$ 3.660 membuat Indonesia masuk ke dalam
kategori negara berpendapatan menengah, dimana pertumbuhan ekonominya tidak
lagi dapat bergantung kepada sumber daya alam dan alokasi tenaga kerja murah (resources
and low cost-driven growth) namun harus mampu menghasilkan produktivitas
yang lebih tinggi dengan memanfaatkan modal fisik dan sumber daya manusia
terampil (productivity-driven growth), agar pertumbuhan ekonomi
Indonesia tidak stagnan dan terhindar dari jebakan negara berpendapatan
menengah (middle income trap). Melalui program MP3EI (Master Plan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang telah berjalan
sejak tahun 2011, Pemerintah terus mempercepat pengembanganberbagai program
pembangunan untuk mendorong peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan
ekonomi, pembangunan infrastruktur danenergi, serta pembangunan SDM dan Iptek.
Selain
itu Pemerintah juga mendorong perluasan pembangunan ekonomi Indonesia agar efek
positif dari pembangunan ekonomi Indonesia dapat dirasakan di semua daerah dan
oleh seluruh komponen masyarakat. Diproyeksikan investasi yang dialokasikan
untuk kegiatan proyek MP3EI pada tahun 2013akan berjumlah Rp. 545,53 trilyun
untuk 82 proyek infrastuktur dan 64 proyek di sektor riil yang menyebar di
semua 6 koridor ekonomi, dengan porsi terbesar di koridor Papua - Maluku
(37,5%) dan koridor Jawa (21,22%).
Berlarut-larutnya penyelesaian pemulihan krisis ekonomi di kawasan
Eropa dan AS masih akan menghambat ekspansi pertumbuhan ekspor. Pelemahan nilai
tukar rupiah yang semakin berlanjut pada awal tahun 2013 hingga mendekati
Rp.10.000/US$ di satu sisi membuat harga produk ekspor Indonesia bertambah
kompetitif dan di sisi lain dapat menahan pembelian domestik terhadap produk
impor yang harganya semakin tinggi. Namun nilai tukar rupiah harus dijaga agar
tidak menembus angka psikologis tersebut mengingat kondisi perekonomian ke
depan masih dibayang-bayangi dengan ancaman kenaikan harga minyak dunia.
Beban
alokasi subsidi energi dalam APBN TA 2013 yang mencapai Rp. 274,7 trilyun
(subsidi BBM Rp 193,8 trilyun dan subsidi listrik Rp 80,9 trilyun) berpotensi
untuk bertambah apabila konsumsi BBM melebihi pagu 46 juta kl dan tidak
dilakukan penyesuaian harga. Selain itu keterbatasan produksi minyak dalam
negeri (lifting minyak tahun 2012 hanya mencapai 861 ribu barel per hari)
menyebabkan Indonesia lebih banyak mengimpor BBM (net importer). Nilai
impor BBM setiap tahunnya sangat besar, yaitu US$ 28 milliar pada tahun
2011(yang merupakan nilai komoditas impor terbesar dalam neraca perdagangan
Indonesia)dan berjumlah US$ 26 milliar hingga November 2012 atau sementara
menempati nomor 2 terbesar di bawah impor mesin dan peralatan mekanik (US$ 26,2
milliar) sehingga berpotensi untuk kembali menjadi komoditas impor terbesar
pada penghujung tahun 2012 (Basri, 2013). Namun demikian penyesuaian harga BBM
perlu dilakukan secara seksama, baik waktu, tahapan dan besarannya mengingat
akan diikuti oleh kenaikan berbagai harga secara luas. Di sisi lain administered
inflation sudah pasti akan meningkat akibat kebijakan kenaikan harga
listrik sebesar 15% (secara bertahap/triwulan) dan kenaikan upah minimum
provinsi (UMP).
Akhirnya
berbagai potensi dan peluang perekonomian yang ada harus dimanfaatkan dengan
maksimal dan didukung dengan bauran kebijakan fiskal dan moneter yang prudential,
transparent dan accountable untuk memperluas penciptaan lapangan
pekerjaan dan mempercepat tingkat penurunan angka kemiskinan yang pada bulan
September 2012 tercatat sejumlah 28,59 juta orang (11,66%) atau telah menurun
dibandingkan akhir tahun 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36%).
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia di kuartal I-2013 hanya naik 6,02 persen. Nilai tersebut
lebih rendah dibanding target pemerintah di periode yang sama yaitu 6,2-6,3
persen. Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry
Damayanti mengatakan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih rendah dibanding
target semula disebabkan karena perlambatan di sisi investasi.
"Kita ekspektasi karena
perlambatan di investasi. Namun angkanya belum keluar. Kami memang sudah
perkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2013 memang akan
lebih buruk atau lebih flat dibanding kuartal IV-2012," kata Destry kepada
Kompas.com di Jakarta, Senin (6/5/2013).
2.3 Penyebab
rendahnya pertumbuhan ekonomi di indonesia
Destry memerkirakan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
kuartal I-2013 ini bisa sebesar 6,1 persen. Namun ternyata hanya naik 6,02
persen. Destry menganggap bahwa kenyataan pertumbuhan ekonomi di periode
tersebut ternyata lebih rendah dari ekspektasi para analis.
Seperti diberitakan, Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro memperkirakan pertumbuhan ekonomi
triwulan pertama 2013 berada pada kisaran 6,2 persen hingga 6,3 persen. Kondisi
ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih menjadi dasar prediksi. "Tahun
ini memang kondisinya belum bisa diyakini lebih baik dari tahun lalu,"
ujar Bambang di Jakarta, Senin (22/4/2013).
Dia mengharapkan kondisi perekonomian global mulai membaik pada
semester II, agar target pertumbuhan yang diperkirakan tahun ini mencapai 6,3
persen-6,5 persen dapat tercapai. "Kita mengandalkan di semester II.
Kita berharap ada perbaikan di global, terserah mau (perbaikan harga) komoditas
atau apa," kata Bambang.
Dia pun menginginkan adanya kepastian terkait kebijakan Bahan
Bakar Minyak (BBM) bersubsidi karena dapat memberikan dampak kepada kualitas
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. "Kalau ada kebijakan, malah
positif buat pertumbuhan, karena itu bagus pengaruhnya ke makro," katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi
Indonesia 2013 berada pada kisaran 6,2 persen-6,6 persen. Perkiraan ini lebih
rendah daripada perkiraan sebelumnya yang dipatok di kisaran 6,3 persen-6,8
persen.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Bercermin
dari kinerja perekonomian nasional tahun 2012 dengan ketahanan dan
kesinambungan pertumbuhan di tengah perekonomian global yang masih belum
menentu, maka perekonomian nasional tahun 2013 memiliki potensi besar untuk
terus tumbuh dan mencapai target makro ekonomi, seperti tingkat pertumbuhan
sebesar 6,8% dan tingkat inflasi sebesar 4,9%. Kekuatan pasar domestik dan
arus investasi yang semakin meningkat seiring dengan pengakuan rating investment
gradeoleh lembaga pemeringkat internasional seperti S&P, Moody dan
Fitch, merupakan modal utama pertumbuhan.
Prospek
Indonesia sebagai negara dengan perekonomian nomor 16 di dunia, nomor 4 di Asia
setelah China, Jepang dan India, serta terbesar di Asia Tenggara, semakin
menjanjikan dengan melimpahnya sumber daya alam, pertumbuhan konsumsi swasta
dan iklim investasi yang kondusif. Namun ke depan masih terdapat tantangan
besar untuk meningkatkan daya saing (competitiveness) yang saat ini
berada pada peringkat 50 dari 144 negara, khususnya yang berkaitan dengan
peningkatan infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, efisiensi pasar tenaga
kerja, penguasaan teknologi dan inovasi, serta kelembagaan.
DAFTAR PUSTAKA
- Badan Pusat Statistik, Berita
Resmi Statistik, Januari 2013.
- Badan Pusat Statistik, Berita
Resmi Statistik, November 2012.
- Faisal Basri, BBM
Biang Keladi Defisit Perdagangan, Harian Kompas, 7 Januari 2013.
- Firmanzah, Prakiraan Perekonomian Indonesia 2013,
Staf Khusus Presiden Bidang
Ekonomi dan Pembangunan, Desember 2012.
Ekonomi dan Pembangunan, Desember 2012.
- Firmanzah, Ekonomi Indonesia
dan Outlook 2013, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan
Pembangunan, Desember 2012.
Pembangunan, Desember 2012.
- Komite Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI), Laporan
Perkembangan Pelaksanaan MP3EI, Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Desember 2012
Perkembangan Pelaksanaan MP3EI, Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Desember 2012
- The World Bank, Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia:
Menyoroti Kebijakan,
Desember 2012.
Desember 2012.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/05/06/13322531/Investasi.Lambat.Pertumbuhan.RI.di.Bawah.Target
http://www.antaranews.com/berita/348926/empat-kekuatan-indonesia-hadapi-2013
http://www.antaranews.com/berita/348926/empat-kekuatan-indonesia-hadapi-2013